SMP almadinah.com–Pendidikan yang saya dapatkan ketika mengaji di sebuah TPQ, mengajarkan bahwa kematian, jodoh, rezeki adalah hal yang sudah dipastikan adanya. Ketika saya tumbuh dewasa, ceramah-ceramah agama pun menyampaikan hal yang sama. Secara pribadi saya tidak banyak memikirkan tentang kematian, karena bagi saya hal itu sedikit menakutkan dan biarlah berjalan sesuai aturan Allah.
Tetapi, ketika saya memikirkan tentang rezeki, naluri saya menolak ketika ada orang mengatakan “semua sudah ada yang mengatur, dan tiap orang mendapat jatahnya masing-masing”. Hal ini dikuatkan oleh bukti ketika seorang penjual nasi pecel bercerita kepada saya. Sebut saja, Bu Romlah. Ia bertutur bahwa saat ia menambah satu wakul porsi nasinya untuk dijual, ternyata tidak pernah habis. Berbeda ceritanya ketika ia tidak pernah menambahkan satu wakul nasi saat ia berjualan, dan hasilnya selalu 100% laris.
Saya pun berpikir keras. Apa iya memang seperti itu? Secara tekstual hal ini dapat diartikan bahwa seberapa keras usaha kita untuk menambah penghasilan, pastinya tetap seperti itu-itu saja. Tapi hasil akhirnya, saya tetap mempertahankan argumen bahwa pasti ada jalan untuk menambah penghasilan. Bagi saya, orang tersebut harusnya tidak menambahkan satu wakul nasi, tapi membuat satu rombong nasi pecel baru untuk menambah penghasilannya.
Pemikiran saya semakin dikuatkan ketika Ust. Jamal (Guru saya di Pondok Gading) selalu menekankan bahwa Allah selalu tergantung prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba percaya bahwa Allah akan memberikan lebih pada dirinya, pastinya Allah akan memberikan lebih kepada sang hamba dan begitu pula sebaliknya.
Saya pun yakin, Allah akan menilai langkah-langkah seorang hamba dalam menjalani sebuah kehidupan. Mungkin Allah, pun menilai sang penjual nasi pecel tersebut belum memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan yang ada ketika ia diberikan keberlimpahan harta. Terbukti, beberapa bulan yang lalu Bu Romlah ternyata kepergok memiliki PIL yang seringkali diajak kencan. Sebagian uangnya ternyata diberikan kepada PIL tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sang PIL. Maklum, karena suaminya lumpuh sejak 1 tahun yang lalu, Bu Romlah pun memilki pacar baru. Coba kita bayangkan ketika Bu Romlah diberikan keberlimpahan harta, bisa jadi pacarnya pun semakin berlimpah. Seperti lagu pop. Gak jaman punya pacar satu aja, gak jaman pacaran harus setia.
Akhir kata, untuk menjadi pribadi yang diberikan keberlimpahan, haruslah kerja keras, tahan banting, optimisme yang tinggi, berdoa’a, istiqomah, husnudzon pada Allah, dan melantunkan sebuah do’a yang dulu, saya pernah diajarkan oleh seseorang. “Ya Allah berilah kami tambahan rezeki”. Beliau yang mengajarkan doa ini pernah bertutur pada saya “Allah itu, sejatinya sudah memberikan rizki pada kita tiap hari, oleh sebab itu kata-katanya harus di tambah dengan “tambah rezeki””.
Ayo para pemuda, kita mulai dengan do’a seperti itu tiap hari. Kalau bisa menjadi kaya saat muda, mengapa harus menuggu tua. Dengan seperti itu, diharapkan, bahwa sebagai muslim haruslah menjadi kaya, bahkan kaya raya, kerena orang yang kaya, masuk surga paling pertama. (*)
Oleh: Alfan Arifuddin
Guru SMP Al Hikmah Pasuruan dan Kontributor MU.
sumber :mediaumat.com