Loading...

Al Madinah Islamic Boarding School

FESTIVAL TEATER INDONESIA (FTI) AL MADINAH – FESTIVAL SENI TEATER PERTAMA DAN SATU-SATUNYA DI KABUPATEN SOLOK

Al Madinah kembali membuka mata khalayak ramai bahwa pondok pesantren atau pendidikan berbasis keislaman bukan semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu keislaman saja namun juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan talentanya di bidang seni.

Tepat hari Rabu, 27 Maret 2019 Al Madinah Islamic Boarding School menggelar Festival Teater Indonesia (FTI). Acara tersebut berlangsung seharian penuh dan dihadiri oleh kepala sekolah, majelis guru, serta tamu dan dewan juri yang diundang dari Padang. Festival tersebut digagas dalam rangka ujian praktek oleh guru bahasa sastra Indonesia dan seni budaya Al Madinah.

Penampilan siswa dalam berseni peran membuat para penonton berdecak kagum. Banyak yang tidak mengira siswa-siswa SMP bisa berlakon setara dengan kualitas mahasiswa bahkan lebih. Naskah drama yang dibawakan juga penuh dengan nilai moral religius sehingga penonton dan siswa dapat sekaligus bermuhasabah diri.

Festival Teater ini juga dijadikan kompetisi antar siswa dengan tujuan menyemangati siswa dalam melaksanakan ujian. Kepala Al Madinah, Ust. Adri Warman mengaku takjub dengan acara yang digagas guru-guru ini dan berjanji untuk menggelar acara ini tiap tahun. Selain dalam rangka ujian praktek dan sebagai wadah pengembangan talenta siswa, Festival Teater ini juga menjadi bahan akreditasi dan peningkatan mutu sekolah.

“Alhamdulillah, luar biasa sekali. Saya tidak menyangka festival Teater ini bisa sebagus ini ditampilkan para siswa. Mereka berlakon dan saya sendiri merasakan pesan moral yang disampaikan. Saya berharap acara bermanfaat seperti ini dapat diadakan setiap tahunnya. Saya berharap para Santri Al Madinah dapat mengambil pelajaran dari kegiatan ini dan menjadi insan-insan yang kreatif.”

Banyak lagi gebrakan yang dilakukan Al Madinah untuk membentuk para siswa bukan hanya cerdas tertulis namun juga cerdas secara nyata. Kegiatan-kegiatan praktikal seni, olahraga, sains, dan Prakarya merupakan program yang mengacu ke arah tersebut. (red)

Al Madinah Islamic Boarding School

RIHLAH KELAS IX – MELEPAS BEBAN DAN MERILEKSKAN PIKIRAN SEBELUM BERTARUNG DI USBN DAN UNBK 2019

Dua hari yang lalu, tepatnya Minggu tgl 30 Maret 2019 menjadi hari yang begitu menyenangkan bagi santri kelas IX. Mereka bersama wakil kurikulum dan beberapa orang guru berangkat rihlah menjelajahi beberapa tempat wisata di Sumatera Barat.

Kegiatan rihlah memang sudah diagendakan sebelumnya. Kegiatan rihlah tersebut bertujuan untuk merehatkan sejenak tubuh dan pikiran para santri dari rutinitas belajar untuk persiapan USBN dan UNBK tahun 2019. Kebersamaan dan rasa kekeluargaan begitu terlihat dalam kegiatan ini. Para Santri begitu menikmati kebersamaan yang terjalin dengan para guru.

Pihak sekolah juga memberikan waktu kepada santri untuk istirahat di rumah selama beberapa hari. Selain istirahat di rumah, Santri juga diberikan amanah untuk meminta maaf dan memohon doa restu kepada kedua orang tua agar ujian nanti dapat berjalan lancar dan sukses. (red)

SMP Al-Madinah–Di masa kini, sosial media (atau lebih akrab disebut sosmed) adalah hal yang lumrah bagi semua kalangan. Sosial media yang sering kita gunakan seperti blackberry messanger, path, instagram, facebook, twitter, dsb sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya untuk berkomunikasi. Namun di Era sekarang kemudahan mengakses sosial media dikarenakan semakin mudah dan murah perangkat yang dapat kita beli di pasaran seperti smartphone, tab, tablet, laptop ataupun pc dengan harga yang relatif murah. Namun yang disayangkan saat ini sosial media tidak hanya dijadikan sebagai alat komunikasi dengan orang lain melainkan beralih fungsi menjadi ajang untuk berbuat riya’ atau pamer, tempat untuk menumpahkan kekesalan dengan seseorang yang sebenarnya hal tersebut orang lain tidak perlu mengetahuinya karena dengan kita menumpahkan emosi dan mengumpat maka secara tidak langsung kita telah menampakkan karakter kita bahwa diri kita adalah seseorang yang mudah emosi dan mudah mengumbar emosi. Dengan sosial media pula tidak sedikit orang lupa untuk beribadah atau menunda waktu beribadah karena terlalu asyik menggunakan sosial media.

Tak sedikit orang yang tersandung kasus karena penyalahgunaan media dapat kita lihat kasus Florence seorang mahasiswi S2 di Jogjakarta yang menumpahkan emosi dengan menghina warga Jogjakarta melalui akun path miliknya lantaran ia tak mau antri membeli bensin di SPBU. Tentu saja warga Jogjakarta dalam waktu singkat langsung mencaci balik Florence, dapat dibayangkan hanya karena kita kesal lalu mengupdate status di sosial media hal tersebut hampir membawa seseorang terjerat kasus hukum dan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat. Kasus yang akhir-akhir ini juga cukup memprihatinkan yaitu kasus siswi SMA yang dianiaya oleh temannya lantaran merasa tersaingi oleh tatto ‘hello kitty’ miliknya dengan memposting foto tatto hello kitty di tangan siswi tersebut. Karena hal tersebut korban dianiaya oleh teman-temannya, digunduli rambutnya, serta dilecehkan secara seksual. Cukup miris dengan kasus-kasus yang sebabnya sepele lalu menjadi besar karena penyalahgunaan sosial media yang demikian mudahnya.

Sudah saatnya umat muslim bijak dan hati-hati dalam menggunakan sosial media. Tidak dipungkiri bahwa sosial media saat ini juga dibutuhkan karena lebih murah dibanding dengan menggunakan pulsa untuk sms. Dengan pembelian satu kali paket kita dapat langsung berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus terus mengecek pulsa.

Dengan sosial media umat muslim bisa memanfaatkannya untuk media dakwah dan kemudahan akses untuk tetap menjaga silahturahmi dengan saudara, kerabat dan teman.

Dan hendaknya pula dengan adanya sosial media umat muslim tidak menjadi lalai untuk beribadah dan melakukan aktivitas lainnya.

Semoga kita semua senantiasa menjadi umat yang bermanfaat di dunia akhirat dan akhirat kelak.

Semoga Bermanfaat.

SMP al-madinah – Radiasi Wi-Fi Bisa Mengganggu Kesehatan? Bagi banyak orang, adanya  Wi-Fi gratis sangat bermanfaat. Sejumlah hotel, restoran, hingga taman kini menyediakan layanan Wi-Fi. Namun, adanya Wi-Fi di banyak tempat justru membuat wanita di Inggris,  Mary Coales (63) khawatir.

Mary mengaku mulutnya merasa linu ketika dekat dengan pancaran Wi-Fi. Ia percaya telah menderita sindrom intoleransi hipersensitivitas elektromagnetik (electromagnetic hypersensitivity intolerance syndrome/EHS).

Banyak yang percaya bahwa radiasi dari Wi-Fi meskipun tidak terlalu tinggi mampu menyebabkan sakit kepala, lesu,dan mual  hingga kesulitan bernapas, bahkan kelumpuhan. Mereka juga takut radiasi dapat menyebabkan kanker, penyakit autoimun, dan gangguan saraf dalam jangka panjang.

“Seluruh hidup saya berubah. Saya harus  menemukan cara untuk menghindari Wi-Fi dan sinyal telepon. Wi-Fi di mana-mana sekarang, sehingga sangat sulit bagi saya untuk menghindarinya. Bahkan lebih sulit dari menghindari orang-orang yang menggunakan ponsel,” ujar Mary.

Sebuah penelitian tahun 2011 menemukan bahwa aktivitas otak siswa laki-laki menurun di daerah yang terpancar radiasi Wi-Fi.

Hasil penelitian American Society for Reproductive Medicine pada tahun 2010 juga menyatakan bahwa sinyal wifi secara signifikan juga dapat mengganggu aktivitas otak pada wanita muda.

Namun sindrom intoleransi hipersensitivitas elektromagnetik atau EHS belum diakui secara medis di Inggris. Badan Perlindungan Kesehatan Inggris menyatakan tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan antara gangguan kesehatan dengan peralatan elektronik, meskipun banyak orang yang merasakan dampaknya.

Salah satu dokter GP NHS di Somerset, Andrew Tresidder mengaku prihatin EHS tidak diakui secara medis. Andrew mengaku telah banyak  mendapati pasien yang mengeluhkan gejala EHS.

“Sensitivitas Electro adalah penyakit yang sangat nyata, ” kata dia.

Menurut dia,  sel-sel dalam tubuh bisa sensitif dengan jenis gelombang energi, seperti suara dan cahaya. Oleh karena itu, tak heran jika sel tubuh juga bisa sensitif terhadap jenis lain, seperti gelombang radio.

Sementara itu, Direktur Fisika Medis di Royal Berkshire NHS Foundation Trust, Malcolm Sperrin menilai tidak ada bukti mengenai hubungan antara sinyal ponsel, WiFi dan penyakit.

“Tingkat radiasi dari mereka sangat rendah. Dalam banyak kasus, hampir tidak terdeteksi (radiasi). Intensitas radiasi Wi-Fi100.000 kali lebih kecil dari oven microwave,” kata dia.

Tak hanya Mary, seorang musisi Ricky Gardiner (66), yang pernah menjadi pemain gitar untuk Iggy Pop dan David Bowie di tahun 70-an itu juga merasakan hal yang sama. Ricky percaya penyakitnya itu muncul karena ia sering membuat musik menggunakan lima komputernya.

“Ini dimulai dengan kehangatan aneh dalam tubuh saya. Pertengahan tahun 90-an, saya merasa sangat tidak sehat, dengan detak jantung dan pernapasan masalah tidak teratur,” kata Ricky.

Hal yang sama dialami Sue Brown (53). Ia terpaksa mengundurkan diri sebagai guru di sebuah sekolah independen bergengsi tiga tahun lalu setelah Wi-Fi dipasang di sekolah itu. Brown mengaku mengalami kesulitan tidur pada malam hari, sakit kepala, dan terkadang mereasa mual. Dokter pun memberikan obat penghilang rasa sakit, namun tidak berhasil.

“Sekarang, saya tidak bisa pergi ke mana pun, karena Wi-Fi begitu luas. Gejala yang menghebohkan, tapi ketika saya menceritakannya, orang-orang melihat seolah-olah saya gila, ” ucap Brown. (dnt/kompas)

sumber mitrafm.com