Pesantren Tidak Seperti itu!
Essai dari Hanifa Nalita Fitri
Santri Ponpes SMP Al Madinah Islamic Boarding School
Kebanyakan orang berfikir bahwa pesantren itu adalah tempat yang menakutkan, terutama harus mondok di pesantren. Mereka juga berfikir bahwa pesantren itu seperti tahanan karena sulit untuk pergi ke luar dari sana dan mengekang kebebasan dalam berekspresi. Banyak orang juga berfikir kehidupan di pesantren itu sangat sulit. Contohnya kebiasaan bangun dini hari, tidak boleh menggunakan smartphone, jauh dari kedua orang tua, jadwal belajar yang padat, kedisiplinan dalam mengatur waktu, serta pakaian yang tidak modis dan serba tertutup.
Sebelum aku mencoba sekolah di pesantren, mondok di pesantren, menjadi seorang santri, dan menjalankan hidup sebagai santri, aku juga berprasangka demikian. Namun, setelah aku menjalaninya perlahan prasangka itu luntur dengan sendirinya. Meskipun, banyak rintangan dan tantangan serta godaan yang menerpa. Untuk bisa melewati tantangan dan rintangan tersebut hal yang paling utama yang harus dimiliki adalah niat dan iman yang kuat.Jika telah memiliki itu, maka sekeras apapun godaan dan rintangan pasti akan bisa dilalui.
Keharusan bangun dini hari awalnya membuat aku kesulitan karena masih belum terbiasa melawan rasa kantuk yang tak tertahankan. Ditambah lagi dengan dinginnya sausana pagi yang menusuk sampai ketulang-tulang. Begitu juga dengan larangan menggunakan smartphone yang sangat menyiksa. Seperti yang diketahui, smartphone adalah benda yang selalu digunakan oleh kebanyakan orang. Tidak hanya sebagai alat komunikasi dan mencari informasi, smartphone saat ini juga menjadi salah satu sarana menghibur diri. Banyak permainan- permainan yang bisa dimainkan dengan hanyak menggunakan smartphone.Tetapi, penggunaan benda itu adalah hal yang terlarang di pesantren. Tidak hanya itu, jauh dari orang tua juga merupakan tantangan terberat untuk sekolah di pesantren.
Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di benakku seperti “ Kenapa kita harus jauh dari orang tua?”, “ Apakah orang tuaku tidak menyayangiku lagi?”, “ Apakah dengan menyekolahkan aku di pesantren adalah bentuk lepas tanggung jawab dari mereka?” dan masih banyak lagi pertanyaan demikian. Belum lagi jadwal belajar yang sangat padat. Selama di pesantren aku awalnya merasa sangat kelelahan. Harus bangun pukul 04.00 pagi melaksanakan solat tahajjud dan menghafal Al qur’an. Setelah salat subuh harus mengaji lagi. Tidak hanyak itu pergi ke sekolah pukul 07.00 pagi dan pulang pukul 15.00 setelah itu masih ada lagi kegiatan yang berhubungan dengan asrama hingga pukul 21.30 begitu seterusnya. Itu semua sangatlah melelahkan serta menguras tenaga dan pikiran.
Tetapi, seiring berjalannya waktu maka aku bisa menyesuaikan diri dengan sendirinya. Aku mulai paham kebaikan- kebaikan yang aku rasakan selama tinggal di pesantren. Semua pertanyaan dan keluh kesahku itu terjawab satu persatu. Sebenarnya kita itu jauh dari orang tua itu untuk membuat kita lebih kuat dan mandiri. Tidak keluar dari pesantren itu berguna supaya kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan hal yang lebih bermanfaat serta lebih dekat dengan para ustazah dan teman-teman di asrama. Selain itu, larangan menggunakan smartphone itu supaya kita lebih fokus belajar dan menghafal Al qur’an. Hal itu dilakukan supaya kita tidak terpengaruh dengan efek negatif yang ditimbulkan akibat kecanduan bermain handphone. Supaya kita bisa menggunakan akal pikiran sendiri ketika mengerjakan tugas dengan begitu ilmu yang didapat akan lebih berarti.
Bangun pagi itu mengajarkan kita agar disiplin waktu dan juga mendekatkan diri kepada Allah dengan salat tahajjud dan salat witir. Di pesantren kita juga bisa mengenal sifat dari orang lain, belajar memahami dan toleransi dengan teman-teman karena kita bertemu dengan mereka selama 24 jam. Selain itu, kita juga bisa mengubah sifat dan kepribadian menjadi lebih baik.
Sebenarnya, hidup di pesantren itu enak. Tetapi, kalau kita melakukan kesalahan kita akan mendapat hukuman. Namanya juga pesantren , pasti ada aturannya. Negara saja ada aturan apalagi sekolah. Tinggal di pesantren itu menyenangkan dengan lingkungan yang asri, indah, semua orang berpakaian syar’i serta kita akan selalu mendengan lantunan ayat-ayat Al qur’an dibacakan sehingga membuat hati menjadi lebih tenang. Sebanarnya pesantren adalah tempat yang sangat kondusif untuk menuntut ilmu.
Selain itu, seorang santri juga dapat memberikan perubahan pada dunia. Misalnya, anak zaman sekarang mudah terpengaruh oleh dunia luar karena banyak informasi yang tidak disaring yang mereka akses dengan mudah melalui internet. Tetapi, seorang santri tidak demikian, mereka tidak mudah terpengaruh dan sudah terbiasa dengan kehidupan yang disiplin. Sebuah kedisiplinan adalah awal dari kesuksesan dan dengan penanaman agama yang kuat setelah dewasa nanti mereka akan menjadi orang- orang yang menjaga bumi dengan baik. Kalaupun menjadi pemimpin mereka akan menjadi pemimpin yang amanah dan disiplin. Begitu juga dengan kebersihan juga diajarkan dengan sangat baik di pesantren sehingga bisa menjadi bekal bagi para santri untuk menjaga lingkungan.
Terkadang hal yang dianggap sulit dan berat itu bisa memberikan dampak positif bagi diri dan lingkungan. Mungkin awalnya berat dan lelah tetapi percayalah akan mendapatkan hasil yang baik. Memang hasilnya belum bisa dirasakan saat ini, tetapi, suatu hari nanti kita akan mendapatkannya. Pesantren tidak semenyeramkan itu kok.